Napak Tilas Rute Gerilya Jenderal Soedirman

Napak Tilas Rute Gerilya Jenderal Soedirman
Jenderal Sodirman

Heboh.com, Jakarta - Nyalakan semangat KEMERDEKAAN di bulan Agustus dengan Mengenang Para Pahlawan dan Perjuangan Mereka. Siapa yang tidak mengetahui Jenderal Soedirman? Jenderal bintang lima pertama Indonesia ini sangat terkenal dengan perjuangannya menjaga keutuhan NKRI dari serangan penjajah.

Beliau sangat dikenal masyarakat karena taktik perang gerilyanya yang begitu mengangumkan. Walaupun sedang kondisi sakit dan berjuang dengan sebelah paru-parunya, beliau tetap terjun langsung ke lapangan dengan semangatnya untuk mengusir penjajah.

Dengan diangkat menggunakan tandu, Soedirman melancarkan aksi gerilya untuk berperang. Namun tahukah kalian seberapa panjangkah jalur gerilya yang dilalui Soedirman? Yuk simak di sini!

 

Diketahui, ternyata rute yang dilakukan Soedriman tidak main-main, beliau bergeriliya selama berbulan-bulan dari ari Kabupaten Bantul di Yogyakarta hingga Jawa Timur, dalam tekanan militer penjajah. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya perjuangan Soedirman waktu itu, dengan kondisi yang tidak sempurna bersama anak buahnya beliau diangkat di atas tandu dengan berjalan kaki berpuluh-puluh kilometer keluar masuk hutan belantara. 

Panglima Soedirman melakukan aksinya tanggal 20 desember 1948. Beliau bergerilya dari Bantul sampai Pacitan, Trenggalek, Jawa Timur. kemudian kembali lagi ke Yogya, pada tanggal 1 April 1949 karena dipanggil Bung Karno. Beliau bergerilya 6 sampai dengan 7 bulan demi melancarkan serangannya kepada penjajah.  

Walaupun kondisi fisik beliau yang sudah lemah, dirinya tidak pernah surut semangatnya untuk melawan Belanda. Bahkan beliau pernah berujar dengan tegas "Dengan dan tanpa pemerintah kami akan tetap melakukan perlawanan terhadap Belanda. Yang sakit itu Sudirman, panglima tidak sakit, panglima tetap bisa memimpin perjuangan" 

Semangat juang tinggi yang dimiliki beliau tentunya memecut kita para pemuda sekarang ini untuk terus berjuang menjaga keutuhan NKRI. Walaupun kini penjajahan Belanda sudah berakhir, bukan berarti kita bisa leha-leha dan santai, karena bentuk cinta dan perjuangan tanah air bukan hanya lewat gencatan senjata, tapi juga sikap kita.